Selamat Datang

- SELAMAT DATANG DI FORUM ALOKASI AIR, Mari bergabung di "Forum Alokasi Air (KASKUS)" untuk berbagi informasi dan pengalaman, Created By "Unit Alokasi Air, Hidrologi & Kualitas Air" - BALAI WILAYAH SUNGAI NUSA TENGGARA I : alokasiair.bwsnt1@gmail.com -

Senin, 18 November 2013

UJI COBA PELAKSANAAN ALOKASI AIR DI DAS JANGKOK SEBAGAI PERCONTOHAN PENGELOLAAN ALOKASI AIR TERPADU WS LOMBOK


Tujuan kegiatan ini : merealisasikan/mengimplementasikan kesepakatan kerja sama operasi (KSO) percontohan pengelolaan alokasi air terpadu DAS Jangkok WS Lombok.

Manfaat : untuk mengetahui kinerja alokasi air pada tingkat lapangan melalui instruksional alokasi air yang dilakukan Unit Alokasi Air, Hidrologi dan Kualitas Air – Seksi OP BWS NT I.

Sebelum dilaksanakan uji coba pelaksanaan alokasi air dalam bentuk instruksional kepada operator BPA DAS Jangkok, terlebih dahulu dilakukan observasi lapangan dan pengumpulan data terkait debit yang terukur di BPA (bendung) yang ada di Sungai Jangkok, dari hasil observasi dan evaluasi data debit di beberapa BPA di lapangan diperoleh hasil sebagai berikut :

 
1)  Terdapat deviasi besaran debit limpahan pada mercu bendung di sungai jangkok (pengukuran sesaat) dengan debit yang diperoleh dari pembcaan peilschaal dan rating curve laporan operator, yaitu :
a)    Bendung Sesaot, terdapat error laporan debit 91% lebih kecil dari hasil observasi.
b)   Bendung Nyurbaya, terdapat error laporan debit 21% lebih kecil dari hasil observasi.
c) Bendung Mencongah, terdapat error laporan debit 22% lebih kecil dari hasil observasi.
d)   Bendung Menjeli, terdapat error laporan debit 45% lebih kecil dari hasil observasi.
e) Bendung Rpok Pancor, terdapat error laporan debit 34% lebih kecil dari hasil observasi.
f)    Bendung Mataram, terdapat error laporan debit 45% lebih besar dari hasil observasi.

2)   Deviasi yang cukup besar juga diperoleh antara hasil pengukuran debit limpahan di bendung dengan rating curve pada 3 bendung di Sungai Jangkok yang merupakan hasil kalibrasi unit perencanaan BWS NT I tahun 2012, yaitu :
a)     Bendung Menjeli, terdapat error laporan debit 7% lebih kecil dari hasil observasi.
b)  Bendung Rpok Pancor, terdapat error laporan debit 26% lebih besar dari hasil observasi.
c)  Bendung Mataram, terdapat error laporan debit 184% lebih besar dari hasil observasi.

3)   Terjadinya deviasi antara debit hasil observasi dengan rating curve laporan operator dikarenakan rating curve yang digunakan oleh operator saat ini masih menggunakan rating curve/tabel hubungan tinggi muka air (TMA) dengan debit hasil kalibrasi yang sudah terlalu yang lama, yaitu :

a. Bendung Sesaot, tahun 1995
b. Bendung Nyurbaya, tahun 1991
c. Bendung Mencongah, tahun 1991
d. Bendung Menjeli, tahun 1991
e. Bendung Repok Pancor, tahun 1996
f. Bendung Mataram, tahun 1992

Berdasarkan tahun terakhir kalibrasi rating curve tersebut dapat diperkirakan bahwa rating curve yang digunakan oleh operator saat ini sudah tidak layak dan dibuktikan dengan adanya deviasi yang cukup tinggi dengan hasil observasi di lapangan, melihat pula kondisi bendung-bendung yang ada di Sungai Jangkok sudah mengalami perubahan secara fisik (mercu miring akibat penurunan, keropos dan sedimentasi tinggi) sehingga perlu dilakukan perbaikan/rehabilitasi dan kalibrasi alat ukur.

Melihat kondisi tersebut di atas dalam hal uji coba instruksional alokasi air sudah tentu menimbulkan error yang cukup tinggi, hal ini terkait dengan inputan data debit pada model alokasi air yang diaplikasikan.  Namun demikian uji coba instruksional alokasi air tetap dilakukan untuk mengetahui sejauh mana error yang akan terjadi dan dampak dari instruksional tersebut.

Dari hasil instruksional tersebut dapat dilaporkan sebagai berikut :

1)     Instruksi ke-1 dilakukan kepada Operator BPA pada tanggal 13 Nopember 2013;  Pukul : 15.00 Wita, terdapat beberapa komplain/permasalahan di lapangan karena kekurangan air khususnya di sawah dan kolam ikan, selengkapnya dapat dilihat berikut ini :

NO.
NAMA BENDUNG
Kondisi Eksisting Lapangan sebelum diberikan instruksi
Instruksi ke-1 sesuai hasil optimasi RAAG
RAR RAAG
Komplain/Masalah

QA
QR
QS
H*
QR*
QS*


1
JANGKOK
951
951
0
25
723
228
0,792
nihil

2
MONTANG
320
320
0
34
271
49
0,862
nihil

3
SESAOT
781
781
0
27
733
48
0,988
ada

4
SESAOT FEEDER :
680
114
566



0,000



- SUPLESI HLD



18
385
298
0,607
ada


- IRDES

5

0
3
298
0,004


5
NYURBAYA
1656
811
845
42
621
1035
0,275
ada

6
MENCONGAH
1193
504
689
32
279
914
0,208
ada

7
MENJELI
1762
765
997
15
213
1549
0,097
ada

8
REPOK PANCOR
839
749
90
27
360
479
0,248
ada

9
MATARAM
4101
2336
1765



0,526



- INTAKE KIRI



23
868
3233
0,209
nihil


- INTAKE KANAN



28
1313
2788
0,317
nihil

Ket : QA = debit tersedia di bendung, QR = debit release di intake, QS = debit yang melimpah di mercu, H* = tinggi peilschaal instruksi, QR* = debit release instruksi, QS* = debit yang melimpah di mercu akibat instruksi, RAR = Release Available Rasio (Rasio debit tersedia terhadap ketersediaan air)


2)  Dengan adanya komplain/permasalahan karena kekurangan air kemudian dilakukan penyesuaian instruksi yaitu instruksi ke-2 kepada Operator BPA  untuk menyesuaikan tinggi muka air/peilschaal (H*) dengan menginstruksikan membuka/menutup pintu intake (QR*) secara bertahap hingga air yang di release sesuai/memenuhi kebutuhan air yang ideal dan optimal.  Hasil instruksi optimal tersebut diperoleh sebagai berikut :

NO.
NAMA BENDUNG
Instruksi (2) sesuai kondisi optimal lapangan
RAR LAP
H*
QR*
QS*





1
JANGKOK
25
723
228
0,76
2
MONTANG
34
271
49
0,847
3
SESAOT
28
781
0
1
4
SESAOT FEEDER :





- SUPLESI HLD
15
293
384
0,431

- IRDES
0
3
384
0,004
5
NYURBAYA
50
811
845
0,49
6
MENCONGAH
40
386
807
0,324
7
MENJELI
24
471
1291
0,267
8
REPOK PANCOR
39
625
214
0,745
9
MATARAM





- INTAKE KIRI
30
1200
2901
0,293

- INTAKE KANAN
25
1136
2965
0,277

Dari hasil instruksi ke-2 diperoleh RAR lapangan yang merupakan nilai koreksi untuk instruksional alokasi air, namun hal ini baru sebatas uji coba pelaksanaan alokasi air yang berupa instruksi pada satu waktu yang dilakukan untuk mengetahui kinerja mesin terhadap kondisi real lapangan.  Terjadinya komplain/permasalahan terkait instruksi tersebut diakibatkan terlalu besarnya error debit yang ada di lapangan akibat rusaknya/hilangnya/tidak terbacanya alat ukur peilschaal dan rusaknya bangunan ukur, hal ini memberi pengaruh besar pada hasil mesin hitung optimasi alokasi air sehingga instruksi yang dilakukan juga akan memberikan nilai error yang cukup besar.

Dengan demikian diperlukan perbaikan/rehabilitasi/pemasangan bangunan ukur/alat ukur dan kalibrasi alat ukur di lapangan agar dalam instruksional alokasi air selanjutnya dapat memiliki error yang tidak terlalu signifikan (kecil).

Selain alat ukur, alat atur juga perlu diperhatikan mengingat kondisi di lapangan alat atur yaitu pintu intake dan pintu penguras sebagian besar juga mengalami kerusakan/sulit dioperasikan, hal ini karena kurangnya pembiayaan dalam hal pemeliharaan (olie/gemuk), selain itu beberapa pintu juga mengalami kerusakan (bocor/bengkok, dsb.).  Alat atur juga sangat berperan penting dalam hal instruksional alokasi air, instruksi tidak mungkin dapat dilakukan jika pintu-pintu tersebut tidak dapat dioperasikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar